Sekapur Sirih

Sekapur Sirih
Jangan Mencari Hidup Dari Pendidikan, Akan Tetapi Hidupilah Pendidikan.

Jumat, 25 Maret 2011

METODE BELAJAR BERBASIS KONTEKSTUAL

(Magelang)-LKP Bina Insani Magelang bisa berbangga hati karena memiliki Tentor/guru Pengajar Program Bimbingan belajar SD/SMP/SMA yang sangat bisa dibanggakan. Salah satunya adalah Juli Eko Sarwono, guru bidang studi Matematika yang juga merupakan guru Matematika di SMP 19 Purworejo Jawa tengah. Berkat kreativitasnya yang mengenalkan metode belajar berbasis kontekstual. Beliau menggunakan bahan-bahan bekas untuk sarana belajar muridnya.
Berkat kreatifitas dan keseriusan beliau dalam mendidik siswa, kini Juli Eko Sarwono menjadi seorang pengajar yang sangat diminati untuk memberikan pelatihan maupun menjadi nara sumber dalam berbagai seminar pendidikan. Belum lama ini beliau di undang menjadi narasumber dalam Inspirasi Pembelajaran Nasional di Surabaya. Tidak main-main undangan yang hadir adalah para Gubernur, Kepala Dinas Pendidikan se-Indonesia dan para Bupati yangmenjadi Mitra DBE (decentralized basic education).
Beberapa waktu sebelumnya, Pengajar di LKP Bina Insani Magelang yang juga merupakan nominator penerima anugrah Best Practise dalam acara Kick Andy Metro TV ini juga diundang sebagai nara sumber dalam sebuah seminar di Jakarta. Dan dalam waktu dekat ini akan memenuhi undangan dari Gubernur Sulawesi dan Gubernur Sumatera Utara untuk hadir sebagai narasumber dalam acara Inspirasi Pembelajaran
Semoga dengan ketekunan beliau juga dalam mengajar di LKP Bina Insani Magelang dapat memberikan sebuah pemahaman baru dalam penerapan sistem pembelajaran. Hal ini terbukti dengan banyaknya prestasi yang di dapat oleh siswa Bimbingan Belajar Bina Insani Magelang yang dari hari ke hari semakin banyak di minati oleh para pelajar di wilayah magelang karena terbukti mampu memberikan solusi dalam menjalani proses pembelajaran untuk meraih cita-cita

Rabu, 09 Maret 2011

Menciptakan Laboratorium Matematika Sendiri

Membuat laboratorium matematika sendiri ternyata bukanlah hal yang sulit. Hal itu dibuktikan Eko Juli Sarwono guru matematika SMPN 19 Purworejo Jawa Tengah yang berhasil menciptakan sebuah laboratorium matematika yang efektif dan efisien. Bersama dengan siswanya, Pak Eko mengembangkan berbagai media pembelajaran dan karya siswa yang dikreasi selama pembelajaran Matematika. Semua karya tersebut disimpan dan dipajangkan di sebuah kelas yang khusus digunakan untuk belajar Matematika. Kepala sekolah memberikan penghargaan dengan khusus membuat moving class untuk pembelajaran matematika. Jadilah kelas itu sebagai laboratorium yang khusus digunakan dalam pembelajaran Matematika.
Laboratorium Matematika ini menjadi sarana bagi guru untuk memberikan kesempatan siswa mengeksplorasi dan memecahkan persoalan-persoalan Matematika. Tempat duduk sudah diatur untuk metode cooperative learning dan pada saat-saat tertentu siswa bebas menentukan pola tempat duduk yang mereka sukai termasuk duduk di lantai. Program ini dirancang untuk mendekatkan matematika kepada siswa.
Suasana matematika sudah tampak dari pajangan di luar kelas, pintu, semua dinding  kelas, langit-langit, dan masih ada beberapa rak di bagian belakang ruang kelas. Semua pajangan tersebut adalah hasil karya anak. Karya tersebut akhirnya menjadi media bagi mereka dan menjadi sumber belajar baru. Setiap produk yang  dihasilkan dilengkapi dengan LK (Lembar Kerja) dan hasil diskusi masing-masing kelompok. Pengaturan pajangan dirancang agar anak mudah untuk mengaksesnya.
Menurut Pak Eko dirinya mendorong siswa untuk menggunakan bahan yang berasal dari barang-barang daur ulang seperti keping CD bekas untuk mempelajari lingkaran, kardus bekas untuk membuat kerucut dan sebagainya. Pajangan akan diganti dalam kurun waktu sekitar 3 bulan kemudian disimpan untuk diportofoliokan.
Apa rahasianya sehingga dirinya mampu menciptakan laboratorium sendiri? ”Untuk mencapai target pembelajaran yang maksimal, guru harus berani ‘gila’ dalam berkreasi dan berinovasi,” tukas pak Eko memberi tahu rahasianya.
Strategi dan Inisiatif yang Dilakukan
  • Melibatkan siswa membuat media pembelajaran dan menyimpannya di dalam kelas dengan menata rapi dan dikelompokkan sesuai materi pembelajaran.
  • Memajangkan hasil karya siswa dan menjadikannya sebagai sumber belajar baru dalam pembelajaran matematika.
  • Seluruh media pembelajaran dan karya siswa dihasilkan dari barang bekas yang sudah tidak terpakai, seperti kaleng bekas minuman atau kue, koran, kardus, majalah, kayu, bola, sedotan plastik, keping CD, dan barang bekas yang murah lainnya.
  • Setiap kompetensi dasar Matematika sudah memiliki media pembelajaran yang dapat digunakan siswa untuk belajar. 
  • Pembelajaran terbiasa didesain untuk mendorong siswa belajar bersama, memecahkan masalah secara kooperatif, mempresentasikan dan memajangkan hasil karyanya
Hasil yang Diperoleh
  • Pak Eko berhasil diterima di hati para siswa dengan menjadi guru pavorit dan Matematika menjadi pembelajaran yang paling disukai siswa.
  • Tiga tahun terakhir selalu ada siswa yang berhasil mendapatkan nilai 10 pada ujian akhir nasional (UAN).
  • Tim Matematika SMPN 19 Purworejo berhasil meraih juara pertama Olimpiade Matematika tingkat Kabupaten. 
Dari pengalaman yang dilakukan pak Eko, ternyata keberadaan laboratorium di sekolah tidaklah selalu identik dengan penyediaan dana yang tinggi untuk membangun dan membeli alat-alat yang canggih dan mahal. Laboratorium juga bisa dibangun dengan memanfaatkan fasilitas yang ada. Alat-alat yang ada di laboratorium tidaklah selalu harus canggih dan dibeli. Alat-alat tersebut bisa dibuat oleh guru dan siswa, dari bahan-bahan sederhana yang tersedia di sekitar lingkungan sekolah.
“Di SMPN 19 Purworejo, kelas matematika didesain sebagai model menuju moving class. Kelas tersebut merupakan bentuk dukungan sekolah atas kreativitas Pak Ekoyang telah mengimplementasikan pembelajaran matematika yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Hal ini akan diikuti mata pelajaran lainya,” kata Daryanto,S.Pd  Kepala SMPN 19 Purworejo